Dua Tahun

Sesuai judul “dua tahun” sudah saya mengabaikan blog ini (kalo ini pacar, mungkin saya sudah diputusin dari sejak seminggu saya abaikan). Ga tau mau mulai darimana untuk menumpahkan perjalanan selama 2 tahun terakhir, yang pasti semua INDAH (pada waktunya).

Mungkin saya akan mulai dari bercerita dari pengalaman saya melahirkan anak pertama. Sepulang dari Kota Kinabalu karena keperluan dinas, saya menjalani kehamilan saya di trimester pertama dengan mual di pagi siang sore dan malam. Memasukkin trimester kedua dan ketiga alhamdulillah semua lancar tanpa hambatan. Waktu kontrol ke dr. Ridwan itu adalah moment yang paling ditunggu karena saya dan suami bisa ‘berinteraksi’ langsung dengan anak kami. Singkat cerita memasuki minggu ke-38, saya diminta cuti oleh dr. Ridwan karena dianggap bisa lahir kapan saja. Setelah 2 minggu cuti yang artinya sudah hampir 40 minggu belum juga ada tanda-tanda kelahiran. Pada tanggal 11 Maret 2013 kira-kira pukul 09.00 pagi, setelah buang air kecil tiba-tiba muncul flek berupa darah segar. Saya tidak panik ketika itu karena tidak ada rasa mulas. Kebetulan di rumah sedang pergi semua, sehingga saya hanya bbm suami dengan mengatakan, “aku kok keluar darah segar ya?”. Ternyata bbm saya membuat dia panik dan seketika pulang kembali kerumah lalu membawa saya kerumah sakit beserta koper yang sudah kami persiapkan menjelang kelahiran.

Sampai rumah sakit langsung di CTG untuk melihat kontraksi dan periksa dalam oleh dr. Ridwan. Yang membuat saya cengo adalah pernyataan si dokter setelah memeriksa, “pulang lagi aja, ini mah masih lama, paling minggu depan”  *garuk-garuk tembok*. Lalu pulanglah kami (eh gak langsung pulang deng, perut saya meronta-ronta minta makan enak, hihi… #alibi) ke rumah.

Tepat 1 minggu setelah kejadian “pulang lagi” itu, tanggal 18 Maret 2013 kira-kira jam 8 malam, saya mulai merasakan sedikit kontraksi. Masih halus dan belum rapat frekuensinya. Suami sempat hub RS dan memang disuruh menunggu hingga kontraksi rapat menjadi setiap 5 menit sekali. Okey saya hitung masih 30 menit sekali. Hingga pukul 10 malam, suami sudah terlelap namun saya masih belum bisa tidur dengan pulas karena was was hitung kontraksi yang sudah 15 menit sekali. Menjelang tengah malam akhirnya saya memutuskan membangunkan suami karena kontraksi sudah setiap 5 menit dan semakin terasa. Kira-kira jam 12 malam berangkatlah kami ke RS dengan ditemani Ibu saya juga. Thanks god saya mulas di jam yang gak macet, dan dalam waktu 30 menit saya sudah sampai di RS.

Entah kenapa saya cukup tenang malam itu, malah lebih cenderung excited menjelang kelahiran. Kira-kira pukul 1 pagi, dr. Ridwan melakukan pemeriksaan dan ternyata baru bukaan 1 (tipis) sodara-sodara! Ya olloh…suer saya pikir udah bukaan 3 loh itu! Tapi melihat intensitas kontraksi saya sudah lebih konsisten, akhirnya saya memutuskan untuk menginap di RS saja.

Tanggal 19 maret jam 7 pagi saya kembali di CTG dan hasilnya belum menunjukkan kemajuan yang signifikan. Masih di bukaan 1 menuju 2. Padahal semaleman saya gulang-guling macam orang bener merasakan mules. Mulesnya ga lebay sih frankly speaking, hanya yaaa memang ga bs membuat saya tidur nyenyak aja. Setelah makan siang saya kembali di CTG dan baru bukaan tiga. Oh meenn….ini hati sudah dag dig dug karena hari itu kandungan saya sudah 40 minggu 6 hari, yang artinya kalau sampai keesokan harinya belum ada perubahan, maka saya harus di induksi, atau c-section.Ya…saya memang takut sekali dengan proses c-section entah mengapa.

Kira-kira pukul 3 sore, ketika sedang berjalan-jalan di lorong depan kamar, saya bertemu dr. Ridwan yang tengah visit pasien-pasiennya, dan dengan segera lah saya meminta induksi. Saya khawatir dengan kondisi ketuban serta janin saya karena tidak ada kemajuan pada pembukaan. Kekhawatiran saya hanya dijawab dengan senyum dan tengan oleh dr. Ridwan, “kandungan kamu baik-baik saja kenapa harus di-intervensi. Sabar….banyak jalan aja ya, ini nanti malam sudah lahir kok”. Begitu kira-kira jawabannya ketika saya dan suami menyampaikan keinginan untuk induksi. Rasa mulas yang semakin menjadi membuat kegiatan jalan di lorong bagi saya menjadi kurang menyenangkan.

Jam 7 malam saya kembali di CTG dan belum menunjukkan perubahan, bahkan kontraksi saya menjadi lemah serta kurang teratur. “Ya Allah Nak, masih betah di dalem ya” begitu gumam saya dalam hati. Melihat kontraksi yang cenderung lemah, para bidan kemudian menelepon dr. Ridwan untuk meminta saran tindakan medis. “Ibu kata dr. Ridwan di infus ya, untuk ngerapihin kontraksinya aja, ini bukan induksi kok”. Saya yang ketika itu sudah pasrah yaaa meng-iya-kan saja. Lalu si bidang ngomong lagi, “siap-siap ya, nanti kalau sudah di infus akan lebih terasa kontraksinya”. Lagi-lagi saya sudah tidak bisa berpikir macam-macam, yang penting pembukaan saya nambah!

Kira-kira pukul 19.30 dampak infus sudah mulai terasa dan ketuban saya pun pecah di pembukaan 4. Setelah itu saya merasakan mules yang lebih kuat lagi, hingga pada bukaan 5 akhirnya saya dipindahkan ke ruang bersalin. Singkat cerita tanggal 19 Maret 2013, pukul 23.38 lahirlah anak pertama kami berjenis kelamin laki-laki dengan proses persalinan normal dengan panjang 49cm dan berat 3,45 kg yang kami beri nama “Akino Zayyan Kaindra” (Anugrah Kiki & Novretta yang rupawan dan semoga menjadi anak yang hebat).

Bila saya simpulkan dari proses melahirkan saya diatas mungkin saya bisa bilang bahwa iya….melahirkan itu sakit (ya gimana ga sakit wong ada sesuatu yang ‘tidak biasa’ keluar dari tubuh kita kok). Tapi sungguh, proses melahirkan di sinetron-sinetron atau film-film itu imho agak lebay, karenaaa….di sela-sela kontraksi hingga bukaan lengkap itu saya masih bisa ngobrol sama si dokter kok. Jadi….tergantung bagaimana kita ‘menyiapkan’ diri dari rasa sakit serta selalu positive thinking itu saya rasa sangat membantu. Plus makan yang banyak supaya energi tetap prima untuk mengejan, dan selalu inget kalo gak lama lagi akan ada makhluk mungil nan lucu yang akan menemani hidup kita.

So….stay positive Mom, mau normal atau c-section atau ILA atau epidural, semua proses pasti hebat dan menyenangkan untuk diingat dan dikenang.

my new born Akino

my new born Akino

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment